Babtisan Air

Pendahuluan
Karena baptisan air merupakan salah satu pelajaran Dasar Kekristenan seperti dikatakan dalam Ibrani 6:1-2, maka pelajaran ini penting untuk dimengerti oleh setiap orang Kristen. Pelajaran tentang baptisan air ini, adalah salah satu topik yang banyak didiskusikan orang. Saya tidak menulis bahan ini sebagai perdebatan, namun saya mau mengemukakan fakta-fakta dari Firman Tuhan. Pelajarilah Firman Tuhan ini dan bertindaklah sesuai dengan Firman Tuhan dan jangan bertindak sesuai dengan tradisi atau peraturan gereja.

Perintah Yesus
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19,20)
Baptisan air adalah perintah dari Yesus untuk semua murid-murid- Nya. Sebagai orang percaya yang menjadikan Yesus sebagai Tuhan kita, kita mau untuk menuruti perintah-perintah-Nya. Salah satu perintah Dia yang berhubungan dengan pertobatan kita yaitu baptisan air. Kalau Yesus memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu, meskipun kita tidak tahu atau belum tahu maksudnya, kita tetap harus melakukannya. Itulah sikap seorang hamba terhadap Tuan-nya.

Syarat Baptisan
Jika orang tersebut sudah bertobat namun belum mengerti tentang Yesus, maka wawancara tersebut sekaligus sebagai sarana untuk menginjili orang ini. Pewawancara tinggal membimbing orang ini kepada Yesus, sampai dia mau percaya dan menerima Yesus. Hal seperti ini terjadi beberapa kali dalam Alkitab. Salah satunya yaitu yang di catat di Kis. 10, tentang Kornelius. Kornelius adalah seorang yang takut akan Allah, tapi dia belum mengerti tentang Yesus. Malaikat Tuhan datang ke Kornelius dan menyuruh Kornelius untuk memanggil Petrus supaya Petrus menjelaskan kepada Kornelius dan keluarganya tentang Yesus. Baru setelah itu Kornelius dan keluarganya dibaptis.


Kasus lain yang sejenis dicatat di Kis. 16, tentang seorang kepala penjara di Filipi. Dalam keadaan putus asa, dia bertanya kepada Paulus dan Silas, "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Kepala penjara ini merasa habis akal dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. Memanfaatkan kondisi ini, Paulus langsung membimbing dia dan keluarganya untuk percaya kepada Yesus, dan akhirnya kepala penjara tersebut dan keluarganya memberi diri dibaptis.


Hal lain yang merupakan kebalikan dari kasus-kasus di atas yaitu orang yang mengaku bahwa dia sudah "percaya" tapi dari hasil pengamatan dia sebenarnya belum bertobat. Untuk kasus seperti ini, gereja harus berhati-hati. Bisa saja seorang sanggup menjawab semua pertanyaan tentang Yesus dengan benar, tapi sebenarnya dia belum percaya kepada Yesus. Untuk ini gereja harus menolak permintaan orang tersebut untuk dibaptis.

Kapan Dibaptis?
Untuk dibaptis seorang tidak perlu mengikuti dulu pelajaran Alkitab sampai berbulan-bulan. Yang perlu dia ketahui cukup: "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari ketiga, sesuai dengan Kitab Suci" (1 Korintus 15:3,4). Bahkan kalau kita kalau kita melihat contoh-contoh baptisan dalam Kisah Para Rasul, semuanya dibaptis segera setelah mereka bertobat, tidak perlu ditunda-tunda. Setelah orang dibaptis maka orang itu harus dimuridkan dan diajar segala sesuatu yang diajarkan Tuhan kepada para rasul (Mat. 29:19-20).


Beberapa orang pernah menyatakan kepada saya demikian: "Saya tidak berani dibaptis dulu sekarang, sebab saya takut kalau nanti sesudah dibaptis saya akan berdosa lagi." Seorang yang sudah bertobat tidak perlu harus "sempurna" dulu baru kemudian dia dibaptis, sebab tidak mungkin orang bisa sempurna. Justru dengan dibaptis berarti kita "menutup" pintu belakang. Dengan dibaptis berarti kita menyatakan kepada dunia dan juga Iblis bahwa kita sekarang adalah murid Tuhan.


Ada kemungkinan seorang belum mau dibaptis karena dia masih ingin tetap berada di dalam dosa. Dia berpikir, "Kalau sekarang saya masih berdosa, tidak apa-apa, karena saya belum dibaptis. Nanti kalau saya sudah bisa bebas dari dosa, baru saya mau dibaptis." Orang seperti ini saya bisa pastikan bahwa dia akan sulit sekali untuk bisa bebas dari dosanya.

Mengapa? Sebab dia masih membuka pintu belakang. Kalau dia terdesak maka dia akan berdosa lagi karena jalan untuk mundur masih dibuka. Dengan perkataan lain, orang semacam ini sebenarnya belum bertobat sepenuhnya. Orang seperti ini bisa diumpamakan dengan orang yang mau menikah tapi dia mengatakan, "Saya belum mau menikah, sebab saya takut nanti kita akan cerai." Orang seperti ini berarti tidak cinta sepenuhnya kepada kekasihnya.

Jika memang dia mengasihi pasangannya, tidak terpikir dalam hatinya untuk bercerai. Pernikahan adalah untuk selama-lamanya dan tidak ada rencana untuk bercerai. Hal ini sama dengan baptisan.


Seorang yang bertobat sungguh-sungguh tidak merencanakan untuk berdosa lagi. Dengan dibaptis berarti: kita menutup jalan belakang untuk berdosa lagi. Kalau memang seorang sudah bertobat, pasti tidak akan ada alasan apapun juga untuk dibaptis.

Cara Baptisan
Karena baptisan adalah hal yang penting dalam kehidupan rohani seorang Kristen, tentunya kita ingin taat sepenuhnya kepada perintah Tuhan dalam baptisan. Kita tidak mau salah karena mengikuti tradisi atau tafsiran manusia. Demikian juga dalam cara baptisan.


Ada cukup banyak petunjuk yang jelas tentang cara baptisan dalam Alkitab. Pada waktu Yesus dibaptis, dikatakan dalam Alkitab: "Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air (Matius 3:16)." Kalau dikatakan "Yesus keluar dari air," berarti pada saat dibaptis Dia masuk ke dalam air. Kalau hanya dipercik atau diguyur saja, tentunya tidak perlu seorang harus masuk ke dalam air.


Sewaktu Filipus membaptis sida-sida dari Etiopia Alkitab mengatakan: "dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ......" (Kisah 8:38-39). Sebelum dibaptis, keduanya perlu turun ke dalam air. Kalau hanya dipercik atau diguyur saja, maka tidak perlu keduanya turun ke dalam air, cukup Filipus saja yang mencedok air. Karena keduanya harus turun ke dalam air, berarti Filipus melakukan baptisan ini dengan cara diselamkan.


Selain membaptis di Sungai Yordan, Yohanes Pembaptis juga membaptis di Ainon. Mengapa? Alkitab mengatakan: "Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, (Yohanes 3:23)" Kenapa harus perlu air yang banyak? Kalau cara baptisannya hanya dipercik atau diguyur saja, Yohanes tidak usah memerlukan banyak air. Tapi karena Yohanes harus melakukannya dengan cara selam maka dia memerlukan banyak air.


Dari ketiga contoh di atas, jelaslah bahwa pada gereja Perjanjian Baru, baptisan dilakukan dengan cara diselamkan dan tidak ada yang dilakukan dengan cara lain. Kalau semua contoh baptisan dalam Alkitab dilakukan dengan cara diselamkan, mengapa kita harus "menciptakan" cara baru yang tidak disebutkan dalam Alkitab?, misalnya dengan cara: dipercik, diguyur ataupun memakai bendera. Baptisan adalah masalah rohani yang penting. Untuk itu, janganlah kita menumpukan kehidupan rohani kita hanya berdasarkan tafsiran orang yang mengatakan bahwa: Semua cara baptisan tidak menjadi soal, asalkan dibaptis dalam nama Yesus. Dalam hal yang penting, janganlah kita mengambil resiko.


Cukup banyak di antara kita, sebelum jadi orang Kristen, pernah datang ke dukun, klenteng, gunung yang kramat, orang pinter dan lain-lain untuk mendapatkan sesuatu. Kalau misalnya, dukun atau "orang pinter" tadi menyuruh kita untuk melakukan sesuatu maka tentunya kita akan melakukannya dengan tepat. Jika perlu, mandi di kali waktu malam-malam- pun kita akan melakukannya. Mengapa? Supaya kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan tadi. Nah, kalau dulu kita bisa taat dengan tepat, tentunya sekarang, setelah jadi orang Kristen, harus lebih lagi. Kita tidak perlu menawar-nawar perintah Dia, apalagi yang sanggup kita lakukan. Kita lebih lagi perlu taat kepada Yesus dan tidak mengurangi atau mengubah perintah Dia, termasuk dalam cara baptisan.


Kata "Baptis" berasal dari kata Yunani yaitu "BAPTO". Kata "BAPTO" ini berarti: "ditenggelamkan" atau "diselamkan." Jadi, sewaktu Tuhan Yesus memberikan Amanat Agung yang dicatat dalam Matius 28:19, ayat tersebut dalam pengertian orang-orang saat itu berbunyi: "jadikanlah semua bangsa muridKu dan selamkanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." Nah, kalau Yesus menyuruh kita untuk menyelamkan mereka yang menjadi muridNya, tentunya janganlah kita melakukannya dengan memercik atau mengguyur. Dengan pengertian ini, maka istilah "Baptisan percik" sebenarnya tidaklah benar. Sebab kalau kita mengatakan "baptisan percik" berarti kita mengatakan "diselamkan dengan cara dipercik." Ini tentunya suatu kalimat yang kacau, karena selam dan percik adalah dua istilah yang berbeda. Jadi, seorang yang "dibaptis" dengan cara percik, sebenarnya belumlah dibaptis (diselamkan).

Beberapa Pertanyaan Tentang Baptisan Air


1. Penjahat yang di sebelah Tuhan Yesus saat Yesus disalibkan tidak dibaptis, namun Yesus berkata kepadanya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43) Dia belum dibaptis tapi kenapa sudah mendapat hidup kekal?

Penjahat di sebelah Tuhan Yesus ini sudah bertobat dan percaya kepada Yesus, namun dia tidak sempat dibaptis. Dia pasti mau untuk dibaptis, namun saat itu dia belum punya kesempatan dan meninggal. Hal ini lain dengan orang yang mengatakan "sudah bertobat" namun tidak mau dibaptis. Ayat ini tidak boleh dipakai sebagai alasan untuk mereka yang tidak bersedia dibaptis. Baptisan adalah suatu langkah lanjutan bagi mereka yang bertobat. Jika memang seorang benar-benar bertobat, dia pasti mau dibaptis. Kalau dia tidak mau melakukan perintah yang mudah dan nampak ini, tentunya akan diragukan apakah dia akan menuruti perintah Yesus yang lain yang tidak nampak. Jadi: ada perbedaan besar antara orang yang tidak sempat dibaptis dengan orang yang tidak mau dibaptis. Orang yang tidak mau dibaptis, tidak memberi dirinya untuk dibaptis walaupun ada kesempatan.

2. Apa akibatnya kalau orang tidak mau dibaptis?

Baptisan air adalah perintah Yesus untuk umat-Nya. Kalau kita sebagai orang Kristen yang sudah lahir baru tapi tidak mau dibaptis, berarti kita melanggar perintah Allah. Sebenarnya kita tidak bisa menjelaskan secara detail, apa akibat orang yang tidak dibaptis. Itu adalah kedaulatan Tuhan. Namun ada beberapa ayat yang merupakan peringatan bagi kita sehubungan dengan hal ini. Coba kita baca ayat berikut ini:

Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk kedalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (Matius 7:21)

Seorang yang mengakui Yesus sebagai Tuhan harus dinyatakan dalam tindakan. Kalau mulutnya saja yang mengucapkan, "Yesus Tuhan", namun dia tidak mau mengikuti kehendak Allah, maka sebenarnya dia hanya ikut-ikut saja tapi tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhan. Adalah kehendak Allah bagi mereka yang sudah bertobat untuk dibaptis. Baptisan adalah kehendak Allah yang jelas bagi mereka yang sudah menjadikan Yesus sebagai Tuhan.

Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus." (Markus 8:38)

Adakalanya, orang yang tidak mau dibaptis karena mereka takut perkataan orang lain kepada dirinya. Mereka malu akan penilaian orang lain terhadap dirinya. Akibatnya mereka tidak mau dibaptis.

Baptisan selain, melakukan perintah Tuhan, juga merupakan suatu "proklamasi" kepada dunia bahwa kita sekarang sudah menjadi anak Allah. Jika kita malu mengakui Yesus di depan umum, maka Yesus-pun akan malu karena kita apabila Ia datang dalam kemuliaan BapaNya.

3. Bagaimana kalau orang yang hanya "dibaptis" percik dan tidak mau dibaptis selam?

Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dan padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Lukas 12:47- 48)

Dari ayat di atas, kita melihat bahwa ada perbedaan antara hamba yang tahu akan kehendak tuannya dan hamba yang tidak tahu akan kehendak tuannya. Jika keduanya melanggar perintah tuannya, maka yang mendapat banyak pukulan adalah hamba yang sudah tahu tapi tidak melakukan. Hamba yang tidak tahu, bukan berarti tidak dipukul, tetapi tetap juga dipukul, meskipun memang hanya mendapat sedikit pukulan. Tentunya kita jangan mau menjadi salah satu dari kedua kelompok orang di atas yang mendapat pukulan. Yang paling baik tentunya: Mereka yang tahu kehendak tuannya dan melakukan sesuai dengan kehendak tuannya tadi.

Nah, prinsip di atas sama juga dengan baptisan. Karena tradisi atau kurang tahu Firman, akibatnya cukup banyak orang Kristen yang sudah lahir baru yang menerima "baptisan" percik. Kita tidak perlu menghakimi orang yang semacam ini, karena mereka tidak tahu cara baptisan yang benar. Tapi lebih baik kita mengurusi diri kita sendiri. Kita yang sudah tahu akan kebenaran, lebih baik berbuat sesuai dengan kebenaran tersebut.

Ada lagi ayat peringatan lain yang berhubungan dengan hal ini yaitu di Yakobus 4:17: "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdo- sa."

4. Kalau saya dibaptis, Apakah saya perlu meminta ijin ke orang tua dulu?

Alkitab mengajarkan kita supaya menghormati orang tua kita. Orang-tua dalam hal ini termasuk orang tua yang sudah percaya ataupun yang belum. Alkitab tidak mengajarkan kita untuk menyepelekan orang-tua yang belum percaya. Justru setelah jadi orang Kristen, kita harus menunjukkan buah pertobatan maupun buah roh dalam kehidupan keluarga kita, apalagi terhadap orang tua. Kita harus lebih hormat kepada orang tua, lebih mengasihi dan lebih mau membantu orang tua kita. Kita harus menunjukkan bahwa sebagai orang Kristen kita harus menunjukkan rasa berterima kasih kepada orang tua kita. Sebagai seorang Kristen, jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka. Jangan sampai orang-tua kita berpikir bahwa setelah jadi orang Kristen maka kita tidak bisa lagi dekat dengan mereka. Jangan sampai mereka merasa "kehilangan" saat anak mereka menjadi orang Kristen.

Nah, kalau semuanya di atas sudah kita lakukan, seharusnya mereka (sebagai orang tua) tidak akan melarang jika kita menjadi orang Kristen. Mereka malah senang melihat kita menjadi seorang Kristen, karena mereka berpikir bahwa menjadi orang Kristen berarti menjadi seorang anak yang lebih baik. Barangkali mereka akan menyuruh anak-anaknya yang lain untuk ikut ke gereja dan menjadi Kristen. Demikian juga, merekapun tentunya tidak akan marah kalau mereka mendengar bahwa anak mereka sudah dibaptis.

Kembali kepada pertanyaan tadi, "Apakah seorang perlu meminta ijin kepada orang tuanya kalau ia akan dibaptis?" Secara umum saya jawab: "Tidak perlu." Baptisan adalah ketaatan seorang Kristen sehubungan dengan pertobatan orang tersebut. Baptisan adalah tanggung-jawab pribadi kita kepada Tuhan, sama halnya dengan pertobatan. Baptisan berhubungan dengan keselamatan diri seseorang (Markus 16:16). Baptisan juga berhubungan dengan pengampunan dosa (Kis. 2:38). Oleh sebab itu, baptisan adalah masalah pribadi.

Seorang tidak perlu minta ijin kepada siapapun untuk dibaptis. Sama halnya dengan pertobatan, Saudara tidak perlu minta ijin kepada ayah atau ibu kalau Saudara mau bertobat, demikian juga dengan baptisan. Untuk mengerti hal ini, saya berikan ilustrasi berikut ini.

Ada seorang anak yang ditinggal di rumah oleh orang tuanya untuk pergi berbelanja. Orang tuanya berpesan untuk mengunci rumah dan jangan meninggalkan rumah sampai nanti mereka datang. Anak tersebut mengikuti nasihat orang tuanya. Dia kunci pintu rumah dan tetap berada di dalam rumah. Meskipun teman-temannya mengajak dia bermain di luar, tapi dia ingat perintah orang tuanya untuk tetap berada di rumah. Sementara orang tuanya belum pulang, tiba-tiba rumah tetangga sebelah terbakar dan apinya besar sekali hingga menjalar ke rumahnya. Nah, apakah yang akan dia lakukan? Apakah dia masih menurut nasihat orang-tuanya untuk tetap berada di rumah, atau dia menyelamatkan diri dan meninggalkan rumah untuk mencari perlindungan? Kalau dia berakal sehat, tentunya dia akan meninggalkan rumah tersebut dan mencari perlindungan.

Hal ini sama dengan Baptisan. Baptisan adalah perintah Tuhan sehubungan dengan keselamatan kita. Sama halnya dengan bertobat, kita tidak perlu minta ijin kepada orang tua kita untuk bertobat, demikian juga dengan baptisan.


Silahkan anda dapat menghubungi Staff Pengerja di gereja, atau dapat menghubungi kami dahulu melalui email atau telephone yang tertera dalam halaman Contact Us, untuk mendapatkan keterangan selengkapnya mengenai babtisan air ini, dan silahkan juga membuat janji mengenai kapan dan dimana babtisan tersebut akan dilaksanakan.


menu
menu